Profil Desa Banyuasin Kembaran
Ketahui informasi secara rinci Desa Banyuasin Kembaran mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Banyuasin Kembaran, Loano. Mengupas tuntas potensi budidaya lele, inovasi UMKM kerupuk ampas tahu, dan pertanian padi terpadu. Simak data demografi, peran BUMDes, dan geliat ekonomi kreatif desa agraris ini.
-
Ekonomi Ganda Berbasis Agraris dan Akuakultur
Perekonomian desa ditopang secara seimbang oleh sektor pertanian padi sawah sebagai lumbung pangan dan budidaya ikan lele intensif sebagai sumber pendapatan alternatif yang vital.
-
Inovasi Pangan Berbasis Zero-Waste
Desa ini menjadi pusat industri rumahan kerupuk ampas tahu, sebuah inovasi pangan kreatif yang mengolah limbah industri tahu menjadi produk bernilai ekonomi tinggi dan menjadi ikon UMKM lokal.
-
Kelembagaan Desa yang Progresif
Pembangunan ekonomi desa didorong oleh peran aktif Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam memfasilitasi dan memasarkan produk-produk unggulan, menunjukkan model pengelolaan desa yang modern dan partisipatif.
Desa Banyuasin Kembaran, sebuah desa yang subur dan dinamis di Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, merupakan contoh nyata dari sebuah desa agraris yang tidak hanya bertahan dengan tradisi, tetapi juga melesat melalui inovasi. Dikenal sebagai salah satu lumbung padi yang andal, desa ini berhasil mendiversifikasi sumber kehidupannya melalui budidaya ikan lele yang intensif dan industri kreatif kerupuk ampas tahu. Perpaduan antara ketangguhan mengolah lahan pertanian dengan kecerdasan memanfaatkan peluang dan limbah menjadi produk bernilai jual, menjadikan Banyuasin Kembaran sebagai etalase desa yang mandiri, kreatif dan berdaya saing di era modern.
Geografi dan Demografi
Secara geografis, Desa Banyuasin Kembaran terletak di kawasan dataran yang relatif datar, menjadikannya sangat ideal untuk pengembangan pertanian padi sawah dan akuakultur. Ketersediaan sumber air yang cukup menjadi modal utama bagi kedua sektor andalan desa. Menurut data resmi dari pemerintah kecamatan, luas wilayah Desa Banyuasin Kembaran yaitu sekitar 2,15 kilometer persegi. Lahan ini dimanfaatkan secara efisien untuk area persawahan, kolam-kolam budidaya ikan, permukiman, dan pusat-pusat kegiatan UMKM.Adapun batas-batas administratif Desa Banyuasin Kembaran ialah:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Trirejo
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mudalrejo
Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Purworejo
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sedayu
Berdasarkan data kependudukan terakhir yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purworejo, Desa Banyuasin Kembaran dihuni oleh 2.950 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, maka tingkat kepadatan penduduknya terbilang tinggi, yakni sekitar 1.372 jiwa per kilometer persegi. Tingginya kepadatan ini mencerminkan karakter desa sebagai pusat permukiman yang padat dengan aktivitas ekonomi yang hidup dan beragam.
Sejarah dan Tata Kelola Pemerintahan
Nama "Banyuasin Kembaran" menyimpan jejak sejarah yang menarik. "Banyuasin" yang berarti "air asin" kemungkinan merujuk pada karakteristik air di suatu lokasi di masa lampau, sementara "Kembaran" seringkali menandakan bahwa desa ini pernah menjadi satu kesatuan dengan desa lain sebelum akhirnya dimekarkan. Cerita tutur ini menjadi bagian dari identitas kolektif masyarakat.Saat ini, roda pemerintahan desa dijalankan oleh seorang Kepala Desa beserta jajaran perangkatnya, yang berkolaborasi erat dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Visi pembangunan desa sangat jelas, yakni mengoptimalkan potensi yang ada melalui pemberdayaan dan inovasi. Pemerintah desa tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur fisik seperti jalan dan irigasi, tetapi juga aktif dalam membina kelembagaan ekonomi desa, terutama BUMDes (Badan Usaha Milik Desa).Kepala Desa Banyuasin Kembaran menjelaskan, "Kekuatan kami ada pada kreativitas warga. Tugas pemerintah desa ialah menciptakan ekosistem yang mendukung kreativitas itu tumbuh. Kami memfasilitasi pelatihan budidaya lele, membantu perajin kerupuk mendapatkan akses pasar, dan memperkuat BUMDes sebagai payung bagi semua kegiatan ekonomi ini."
Tiga Pilar Ekonomi Desa
Perekonomian Desa Banyuasin Kembaran berdiri kokoh di atas tiga pilar yang saling terhubung. Pilar pertama merupakan pertanian padi sawah. Sebagai daerah agraris, sawah menjadi fondasi ketahanan pangan dan sumber pendapatan pokok bagi sebagian warga. Dengan dukungan irigasi yang cukup baik, para petani mampu menerapkan pola tanam intensif untuk memaksimalkan hasil panen.Pilar kedua yang menjadi keunggulan komparatif desa ialah budidaya ikan lele. Puluhan keluarga di desa ini adalah pembudidaya lele, baik untuk segmen pembenihan maupun pembesaran. Banyak di antara mereka yang telah menerapkan sistem budidaya modern seperti kolam terpal atau sistem bioflok untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Hasil panen lele dari Banyuasin Kembaran memasok kebutuhan warung-warung makan, pasar tradisional, hingga restoran di seluruh Purworejo.Pilar ketiga, yang menjadi simbol inovasi dan ekonomi kreatif desa, ialah industri rumahan kerupuk ampas tahu. Ini merupakan contoh cemerlang dari praktik ekonomi sirkular atau zero-waste. Para perajin, yang mayoritas adalah ibu rumah tangga, mengolah limbah padat dari pabrik tahu menjadi kerupuk yang gurih, renyah, dan bernilai jual. Ampas tahu yang semula hanya menjadi pakan ternak, di tangan mereka diubah menjadi sumber pendapatan yang signifikan.Seorang perajin kerupuk menuturkan, "Awalnya kami hanya coba-coba memanfaatkan ampas tahu yang melimpah di sini. Ternyata setelah diolah dengan bumbu yang pas, rasanya enak dan banyak yang suka. Sekarang, ini menjadi penghasilan utama keluarga kami."
Peran BUMDes dan Pemasaran Digital
Keberhasilan pengembangan potensi desa tidak terlepas dari peran aktif BUMDes "Kembar Makmur". BUMDes ini berfungsi sebagai agregator dan fasilitator. Untuk budidaya lele, BUMDes membantu dalam penyediaan pakan berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau dan menciptakan skema pemasaran kolektif untuk meningkatkan posisi tawar peternak.Untuk kerupuk ampas tahu, BUMDes berperan dalam standardisasi produk, membantu pengurusan izin P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga), dan yang terpenting, membuka akses pasar yang lebih luas. Melalui unit usahanya, BUMDes memasarkan produk-produk UMKM desa ke toko oleh-oleh, supermarket lokal, dan bahkan memfasilitasi penjualan secara daring.Para pelaku UMKM muda juga mulai memanfaatkan kekuatan pemasaran digital. Dengan menggunakan media sosial dan platform e-commerce, kerupuk ampas tahu dan produk lele olahan dari Banyuasin Kembaran kini dapat menjangkau konsumen di luar Purworejo, membuka pasar baru yang sebelumnya tidak terbayangkan.
Kehidupan Sosial dan Infrastruktur
Masyarakat Desa Banyuasin Kembaran hidup dalam tatanan sosial yang komunal dan dinamis. Aktivitas ekonomi yang beragam menciptakan interaksi yang intens dan menumbuhkan semangat kewirausahaan. Semangat gotong royong dan solidaritas sosial masih sangat kental, terutama dalam kegiatan keagamaan dan acara-acara hajatan.Infrastruktur di desa ini tergolong sangat baik. Lokasinya yang strategis dan tidak terisolir membuat akses jalan utama sudah beraspal mulus. Jaringan listrik, air bersih, dan telekomunikasi yang stabil menjadi faktor pendukung utama bagi geliat ekonomi, termasuk ekonomi digital. Fasilitas umum seperti sekolah, masjid, dan layanan kesehatan dasar juga tersedia lengkap dan mudah diakses.
Prospek dan Tantangan Masa Depan
Desa Banyuasin Kembaran memiliki prospek yang sangat cerah untuk menjadi pusat agropreneur dan inovasi pangan di Purworejo. Peluang terbesar terletak pada branding produk unggulan. Menciptakan merek kolektif seperti "Lele Kembaran" atau "Kerupuk As-Tah Kembaran" yang disertai jaminan kualitas dapat meningkatkan daya saing produk secara signifikan.Selain itu, konsep agrowisata edukasi sangat potensial untuk dikembangkan. Wisatawan dapat diajak untuk belajar budidaya lele dengan sistem bioflok, mencoba membuat kerupuk ampas tahu secara langsung, dan menikmati kuliner khas desa.Namun beberapa tantangan perlu dikelola. Di sektor akuakultur, tantangan utama ialah pengelolaan limbah air dari kolam-kolam lele agar tetap ramah lingkungan. Di industri kerupuk, menjaga konsistensi kualitas dan stabilitas pasokan bahan baku menjadi kunci. Selain itu, persaingan dengan produk sejenis dari daerah lain menuntut para pelaku UMKM untuk terus kreatif dan inovatif.Dengan fondasi ekonomi yang terdiversifikasi, inovasi yang terus berjalan, dan kelembagaan desa yang kuat, Desa Banyuasin Kembaran siap untuk terus maju. Desa ini adalah bukti nyata bahwa dengan kreativitas, limbah pun dapat diubah menjadi berkah, dan potensi lokal dapat diangkat menjadi sumber kemakmuran yang berkelanjutan.